Rezeki, jodoh, ajal sesungguhnya hak preogatif Allah semata. IA punya ketetapan dan memberi takaran sesuai dengan kemampuan hambaNya. Sebagai Maha Adil dan Maha mengetahui, kapan saja, Dia mampu menyempitkan dan melapangkan rezeki bagi siapa saja yang Ia kehendaki.Usaha apapun yang dilakoni seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, tidak diperoleh kecuali seijin dan sesuai dengan apa yang Allah tetapkan untukNYA. Sebaliknya, betapa besar usaha orang untuk menghalangi sampainya rezeki kepadanya maka rezeki itu akan tetap diperolehnya sebagaimana tidak ada penghalangnya.
Yang terjadi pada kehidupan manusia di bumi ini, banyak orang masih mempercayai keberuntungan berdasarkan neptu, hari kelahiran, shio dan sejumlah ramalan lainnya yang justru menyesatkan. Seakan-akan rezeki bisa diatur dan diketahui kapan akan datangnya, dan berapa besar jumlahnya. Fenomena yang tak kalah menyesatkan, masih banyak yang menggantungkan kemakmuran mempercayai praktek pedukunan, meminta pada ahli kubur, juga ketika ada keanehan dan keajaiban lain seperti, air bertuah,menjadi sesuatu yang diburu dan diyakini dapat melancarkan rezeki.
Dalam beberapa hadist sudah diriwayatkan bahwa
"Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan (rezeki itu). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman." (QS. Al-Ruum: 37)
"Ya Allah, tidak ada yang bisa mencegah apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang bisa memberi apa yang Engkau cegah." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
"Sesungguhnya rezeki mencari hamba lebih banyak daripada ajal mencarinya." (Dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Shahih al-Jami)
Pada dasarnya, semua orang mengharapkan rezeki berlimpah, apalagi dijaman serba materialistis, hampir segalanya dinilai dan dihargai dengan uang. Ada gula ada semut, siapa yang memiliki kekayaan, disitulah banyak orang menghambakan diri, hingga mengalahkan orang yang hidup sederhana tapi memiliki sifat jujur dan menjunjung tinggi peradaban dan keimanan.
Rasulullah bersabda, "Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah dalam mencari rezeki! Ketahuilah, sesungguhnya seorang jiwa tidak akan mati kecuali telah sempurna rezekinya. Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah dalam mencari rezeki. Ambil yang halal dan tinggalkan yang haram." (Disebutkan Al-Albani dalam al-Silsilah al-Shahihah no. 2866)
Sempit Rezeki
Jangan takut tidak punya rezeki, sesungguhnya jatah rezeki seperti jatah umur tidak akan habis jika belum sampai habis ajal, sehingga kita tidak akan terlalu bersedih dan berduka dalam kehidupan dunia ini. Kita harus percaya dan yakin bahwa Allah menciptakan perut manusia karena memang ada rezeki untuknya, entah itu datang dari usahanya sendiri, juga berasal dari shodaqoh dari orang yang tidak diketahui sumbernya, dari jalan yang tidak disangka-sangka.
Yang perlu kita sadari bahwa kewajiban manusia dalam mencari rezeki adalah berusaha, jika ingin memiliki rezeki berlimpah harus disertai dengan usaha yang besar pula. Jangan mengharap rejeki banyak jika pemalas dan tidak sungguh-sungguh dalam berusaha. Namun ketika usaha besar sudah dilakukan, tapi hasilnya tidak seperti yang diinginkan, disinilah keridhoan Allah berperan, IA membagi rezeki kepada hambaNYA sesuai dengan ketetapan dan diyakini sebagai yang terbaik untuknya.
Hanya saja sebagai manusia biasa, sering kita tidak menyadari hal itu, seakan Allah dianggap berbuat tidak adil. Tapi sadarkah kita jika Allah masih menunda rezeki hambanya dikemudian hari, dikarenakan bisa saja rezeki itu akan membawanya berbuat maksiat dan lalai? Atau bisa jadi rezeki belum diturunkan menunggu niat hambanya untuk diluruskan atau malah rezeki itu baru diturunkan diakherat setelah hambanya meninggalkan dunia. Berbaik sangka terhadapNYA itulah jalan terbaik yang harus dilakukan, sebab Allah mengikuti persangkaan dari hambaNYA
Banyak orang kaya yang tidak punya banyak waktu menikmati kekayaanya, ketakutan hartanya berkurang, tidak sedikit orang miskin memiliki banyak waktu tapi kurang hartanya. Pada hakekatnya kebahagiaan didunia bukan semata karena banyak harta, sebab sebanyak apapun harta didapat, manusia tidak pernah merasa kenyang.Kebahagaan itu terletak pada sifat qanaah (merasa cukup dan bersyukur) dan ridho atas pembagiaan yang Allah berikan.
Ketika rezeki berkurang, jangan sampai kita putus asa lalu memalingkan muka dari akherat untuk mempersiapkan bekal berjumpa denganNYA. Pun sebaliknya, saat diatas / rezeki berlimpah, jangan berbuat takabur, riya, lupa arah dan tujuan juga harus dililit utang piutang. Masih banyak rezeki lain yang patut kita syukuri dan dijaga sebaik-baiknya, seperti : waktu, kesehatan, keluarga, kasih sayang.
Tiada seorang berdoa kepada Allah dengan suatu doa, kecuali dikabulkanNya, dan dia memperoleh salah satu dari tiga hal, yaitu dipercepat terkabulnya baginya di dunia, disimpan (ditabung) untuknya sampai di akhirat, atau diganti dengan mencegahnya dari musibah (bencana) yang serupa. (HR. Ath-Thabrani)
Jangan menganggap Allah tak berdaya dalam sesuatu hal, jangan menganggap ketetapan-Nya tak sempurna, dan jangan sedikit pun ragu akan janji-Nya.
~~~semoga berkenan~~~